Matahari Pendidikan Terbit di Tengah Konflik, Prajurit TNI Rela Jadi Guru di Pedalaman Papua Tengah

Papua Tengah.News – Di balik lereng-lereng sunyi Pegunungan Papua Tengah, di mana suara tembakan dan ketegangan pasca Pilkada masih membekas, muncul secercah harapan.

Di tengah Distrik Tinggi Nambut, Kabupaten Puncak Jaya, anak-anak kembali mengenal huruf dan angka bukan dari guru berseragam dinas, melainkan dari prajurit bersenjata.

Sebagaimana diunggah di laman tni.mil.id, 9 Juni 2025, personel Pos Tinggi Nambut Satgas Yonif 112/Dharma Jaya mengambil peran tak biasa: menjadi tenaga pendidik sukarela.

Mereka mengajarkan dasar-dasar membaca dan menulis kepada anak-anak yang telah berbulan-bulan kehilangan akses pendidikan karena konflik antar suku yang berkecamuk sejak Oktober 2024 lalu.

Sejak itu, sekolah-sekolah di wilayah tersebut tak lagi beroperasi, meninggalkan ruang-ruang kelas kosong dan buku-buku berdebu.

Letnan Dua Infanteri Memo Alqadri, Komandan Pos Tinggi Nambut, mengisahkan bagaimana para prajuritnya memanfaatkan waktu di sela tugas pengamanan untuk menciptakan ruang belajar alternatif.

“Kami percaya bahwa dalam kondisi apa pun, anak-anak harus tetap punya akses pada ilmu. Sekalipun itu dilakukan secara sederhana, di bawah tenda, atau di pelataran pos,” ujarnya lirih namun penuh tekad.

Pelajaran yang diberikan memang tak rumit: mengeja kata, menulis nama, dan mengenal angka. Namun di tengah keterbatasan, hal itu sudah menjadi permata berharga.

Dalam suasana aman yang dibangun dengan ketulusan, anak-anak datang dengan semangat, membawa harapan mereka sendiri dalam genggaman kecil yang penuh keingintahuan.

Pensil, Buku, dan Sepotong Roti untuk Semangat Belajar

Tak hanya mengajar, prajurit TNI juga menyiapkan perlengkapan sederhana seperti buku tulis, pensil, dan makanan ringan.

Semua dilakukan tanpa pamrih, semata untuk menumbuhkan semangat belajar yang nyaris padam.

Anak-anak pun menyambut hangat, duduk berjejer, menyimak, dan sesekali tersenyum ketika berhasil menulis huruf pertama mereka.

“Kami ingin mereka tahu bahwa meskipun mereka tinggal di wilayah terpencil dan penuh tantangan, mereka tetap berhak untuk belajar. Mereka adalah masa depan bangsa,” tambah Letda Memo.

Masyarakat Menyambut, Papua Tak Lagi Sunyi

Inisiatif pendidikan darurat yang dilakukan Satgas Yonif 112/DJ tak hanya disambut antusias oleh anak-anak, tapi juga oleh para orang tua dan tokoh masyarakat setempat.

Di tengah deretan kabar duka dan konflik yang acap kali membayangi Papua, kegiatan ini menjadi oase — menegaskan bahwa harapan tak pernah benar-benar hilang.

Warga berharap kegiatan serupa bisa terus berlangsung, bahkan setelah masa penugasan prajurit selesai.

Sebab lebih dari sekadar pengamanan, kehadiran TNI telah menjelma menjadi jembatan pengetahuan, yang menyambungkan anak-anak pedalaman dengan dunia yang lebih luas.

Di tanah yang kerap dilukis dengan konflik dan kesunyian, langkah kecil dari para prajurit Satgas Yonif 112/DJ menjadi kisah besar tentang kemanusiaan.

Tentang bagaimana keikhlasan dan dedikasi mampu mengubah medan operasi menjadi ruang kelas, dan pos penjagaan menjadi tempat tumbuhnya generasi baru Papua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *