Papua Tengah.News – Konflik politik di Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua Tengah, akhirnya berakhir setelah dilakukan acara ritual adat belah kayu doli, yang digelar di jalan raya depan Kantor Bupati Puncak Jaya, Distrik Mulia, Senin (12/5/2025).
Calon Bupati Puncak Jaya nomor urut 01, Miren Kogoya mengucapkan selamat kepada Yuni Wonda-Mus Kogoya sebagai bupati dan wakil bupati terpilih untuk melaksanakan pemerintahan 5 tahun ke depan.
“Dinamika politik hal yang biasa. Bagian hari ini menjadi pelajaran untuk kita. Namun, yang tidak kami bayangkan itu terjadi. Dan kami bersama paslon nomor urut 1 tidak pernah menginginkan untuk mengorbankan rakyat, tapi bagaimana untuk melayani rakyat,” katanya.

Ia berpesan kepada bupati dan wakil bupati terpilih untuk mempertimbangkan dengan baik tuntutan pendukung nomor urut 02 ketika menjalankan roda pemerintahan, agar tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban.
“Kami Miko-Mendi kalau diizinkan dan minta saran dan lain-lain, kami siap mendukung penuh bagi pemerintahan lima tahun ke depan. Karena Kabupaten Puncak Jaya milik kita bersama. Adanya korban kami minta maaf dan kami minta dukungan dari Pemkab Puncak Jaya dan Pemprov Papua Tengah,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Puncak Jaya terpilih, Yuni Wonda, menyampaikan rasa prihatin atas konflik berkepanjangan dalam pelaksanaan Pilkada di Puncak Jaya.

“Kami berempat ini sudah mengorbankan dan menghancurkan daerah ini. Padahal, dimana-mana pilkada itu biasa, tapi kami di sini mengorbankan manusia, harta benda dan lainnya. Hari ini saya secara terbuka memohon maaf kepada keluarga korban dan luka-luka dan ada saatnya kami memohon maaf kepada keluarga korban sebagai budaya,” katanya.
Yuni menegaskan, dengan acara perdamaian secara adat dengan belah kayu doli, mulai saat ini dari pendukung 02 boleh berkumpul dan merokok bersama pendukung 01, begitupun sebaliknya.
“Ini secara adat belah kayu doli ini sah. Tidak boleh lagi pisah, karena kami sudah pegang tangan, maka semua harus jadi satu. Kita hari ini sudah harus damai,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintahan akan terus berjalan. Ia bersama Mus Kogoya akan memimpin 5 tahun ke depan dengan cara yang baik dan bermartabat.
“Jadi, usulan (tuntutan) yang disampaikan tadi, itu pemerintahan besar. Jadi, jika ada yang meninggal atau pensiun, itu biasa terjadi pergantian. Semua ada aturan. Jadi, tidak usah pikirkan segala sesuatu, karena 26 distrik dan 302 kampung itu, saya dengan Mus Kogoya sebagai bupati dan wakil bupati, kami punya masyarakat semua. Kami tidak bisa bedakan, karena semua ini kami punya masyarakat. Mari semua bersatu membangun Puncak Jaya 5 tahun ke depan,” imbuhnya.
Sementara Pj Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, mengaku sangat bersyukur akhirnya kedua kubu paslon bupati Puncak Jaya bisa berdamai secara adat melalui belah doli.
“Puji Tuhan, dengan campur tangan Tuhan, konflik antar kedua kubu paslon bupati telah berakhir damai dengan belah doli yang berjalan dengan baik. Meski sempat alot dari pagi hingga sore, namun akhirnya bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Menurutnya, acara adat belah doli ini menandakan bahwa semua pertikaian atau konflik pasca pilkada sepanjang dari 2024 hingga Senin, 12 Mei 2025, telah berakhir.
“Selanjutnya nanti itu urusan dengan kepala perang kedua belah pihak untuk menyelesaikan. Bisa memakan waktu, bisa 2-4 tahun,” ujarnya.
Dijelaskan, dengan adanya belah doli ini, akan ada kebebasan seluruh masyarakat Puncak Jaya untuk beraktivitas seperti biasa.
“Masyarakat mulai hari ini sudah bebas melakukan semua aktivitasnya seperti biasa, misalnya ke kebun, mau ke sebelah, itu sudah bebas,” ujarnya.
Sekadar diketahui, akibat konflik kedua kubu pendukung paslon bupati Puncak Jaya ini, setidaknya 14 orang meninggal dunia, 600 orang lebih luka-luka, ratusan rumah terbakar dan ribuan warga mengungsi.
Prosesi perdamaian secara adat dengan belah doli ini, diawali kedua kubu pendukung paslon bupati Puncak Jaya baik nomor urut 01 Yuni Wonda-Mus Kogoya dan nomor urut 02 Miren Kogoya-Mendi Wonorengga, menancapkan kayu doli di kedua sisi jalan raya, dan kedua kubu menghubungkan kayu doli tersebut menjadi satu.
Lalu, kedua pasangan calon bupati, baik Yuni Wonda-Mus Kogoya dan Miren Kogoya-Mendi Wonorengga duduk dibawa kayu doli yang telah ditancapkan itu.
Selanjutnya, kepala perang dari kedua kubu masing-masing memanah babi yang dibawah kayu doli, yang telah terhubung tersebut.
Kemudian, kepala perang kubu 01 berlari masuk ke kubu 02 melalui kayu doli yang telah dihubungkan itu, begitu juga sebaliknya kubu 02 masuk ke kubu 01. Ini menandakan kedua kubu sudah bisa bebas masuk dan beraktivitas secara bebas dimanapun.
Selanjutnya, kedua paslon bupati baik Yuni Wonda-Mus Kogoya dan Miren Kogoya-Mendi Wonorengga bersama kepala perang maupun timnya berjabat tangan atau bersalaman, menandai konflik berakhir dan damai.
Acara perdamaian secara adat dengan belah doli ini, sempat berlangsung alot lantaran kubu 02 sempat menyampaikan tuntutan mereka dan meminta agar bupati terpilih atau kubu 01 menandatangani tuntutan itu.
Hal ini membuat Pj Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, bersama Kapolda Papua, Brigjen Pol Alfred Papare, Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits WR Pelamonia dan Kabinda Papua Tengah, Kapolres Puncak Jaya, AKBP Achmad Fauzan, Dandim/1714 Puncak Jaya, Letkol Inf Irawan Setya Kusuma dan Sekda H. Tumiran, melobi kedua belah pihak.
Bahkan, Gubernur Papua Tengah Meki Fritz Nawipa bersama Wakil Gubernur, Denias Geley, turun langsung menemui kedua kubu agar proses perdamaian secara adat ini bisa berjalan, dan akhirnya kedua kubu menyepakatinya.
Usai acara belah doli, kedua paslon bupati menandatangani surat tuntutan dari kubu 02 disaksikan oleh Gubernur Meki Nawipa, Kapolda Alfred Papare, Pj Bupati Yopi Murib, dan kepala perang dari kedua kubu.