Papua Tengah.News – Kisah inspiratif datang dari seorang mahasiswa asal Kabupaten Paniai, Distrik Yatamo yang dikenal dengan sebutan Yawei Tage Mogoutouda, dan bernama asli Maksi Tekege. Anak kedua dari lima bersaudara ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk terus maju.
Maksi, yang kini duduk di semester lima Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, awalnya membuka usaha kecil-kecilan menjual jeruk peras di jalan masuk Asrama Nabire, kawasan Padang Bulan, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua. Usaha itu dijalankannya dengan modal seadanya demi memenuhi kebutuhan kuliah dan biaya hidup.
“Bapak pernah bilang, kalau bapak tiada, tidak ada yang akan biayai kuliah. Jadi sebagai laki-laki saya harus mandiri dan punya komitmen kuat untuk menyelesaikan kuliah. Waktu itu saya menangis, karena tidak mau dengar kata-kata seperti itu,” kenang Maksi dengan penuh haru, saat dihubungi.
Namun, pesan itu benar-benar menjadi kenyataan. Hanya empat bulan setelah Ia berangkat ke Jayapura, ayahnya, Andreas Tekege, berpulang. Kabar duka itu membuat hatinya terpukul. Ia pulang kampung untuk terakhir kali memeluk sang ayah, lalu bertekad menjalani nasihat yang pernah disampaikan.
Sejak itu, Maksi semakin giat berusaha. Dari hasil berjualan jeruk peras, Ia mampu membiayai uang semester sendiri. Setahun kemudian, tabungan usahanya cukup untuk membuka usaha baru; Roti Bakar Pace, yang kini berdiri di jalan masuk Asrama Nabire, kawasan Padang Bulan, Kota Jayapura, tepat disamping sebuah bengkel motor.
“Awalnya keluar uang cukup banyak, tapi semua kembali pada sifat dan karakter kita dalam menjalankan usaha. Tuhan tidak buta, Dia menolong kita melalui doa yang kita panjatkan,” ujarnya.
Kini, usaha roti bakarnya semakin dikenal dan banyak pengunjung yang datang. Bahkan Maksi sudah bisa mempekerjakan seorang rekannya, Apniel Kayame, untuk membantu mengelola usaha tersebut.
Menurut Maksi, usahanya bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga bentuk perjuangan melawan kerasnya tantangan hidup.
“Walau nasihat ayah dulu terasa berat, sekarang saya sadar bahwa itu yang terbaik. Saya lakukan semua ini demi hidup mandiri, sambil tetap percaya bahwa doa kepada Tuhan pasti dikabulkan,” tegasnya.
Ia juga menitipkan harapan kepada Pemerintah agar lebih memperhatikan mahasiswa Papua yang berjuang di tanah rantau. Dukungan modal usaha kecil, pelatihan kewirausahaan, maupun fasilitas belajar, sangat dibutuhkan agar generasi muda Papua bisa mandiri tanpa harus bergantung sepenuhnya pada keluarga.
Selain itu, Maksi juga mendorong masyarakat, khususnya anak muda Papua, untuk berani memulai langkah sekecil apa pun.
“Jangan malu berusaha. Entah itu jualan kecil, buat roti, atau apa saja, asal jujur dan tekun, pasti ada hasil. Kita semua punya tanggung jawab untuk berdiri diatas kaki sendiri,” pesannya.